gapurapriangan.com – Salah satu hidangan yang wajib hadir saat Idul Fitri adalah ketupat; ternyata ketupat ini adalah sarana dakwah Wali Songo. Memang tujuan dakwah itu satu yaitu tegaknya kalimat Allah, tetapi wasilahnya bisa bermacam-macam, bahkan asal kata dakwah itu adalah “ngajak atau ngundang makan”.
Yang membudayakan ketupat adalah Sunan Kalijaga; beliau memperkenalkannya kepada masyarakat Jawa dan membudayakannya menjadi makanan setelah shalat hari raya.
Lalu apa makna filosofis dari ketupat?
Ketupat artinya “ngaku lepat” yang artinya mengaku kesalahan, karenanya saat IdulFfitri kita saling memaafkan dan mengakui kesalahan masing-masing.
Ketupat juga bermakna “laku papat” yang artinya ada Empat Tindakan yang harus dilakukan saat Idul Fitri, yaitu:
1. Lebaran bermakna usai, menandai berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata “lebar” yang artinya ampunan terbuka lebar.
2. Luberan yang artinya melimpah, sebagai simbol ajakan bersedekah bagi orang-orang miskin. Karenanya diperintahkan untuk memberikan zakat fitrah sebelum hari raya.
3. Leburan artinya habis dan melebur, maksudnya saat lebaran dosa kita akan habis karena saling memaafkan.
4. Laburan berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasanya digunakan untuk penjernih air, maka maknanya adalah agar manusia menjaga kesucian hati saat Idul Fitri.
Anyaman janur kulit ketupat adalah gambaran dari kompleksitas masyarakat Jawa yang harus dikuat persaudaraannya dengan silaturahim.
Kulit ketupat terbuat dari janur yang artinya “Jatining Nur (Hati Nurani) yang artinya memaafkan itu harus lahir dari hati nurani dan itu adalah cara membersihkan hati.
Warna kuning pada janur dimaknai sebagai upaya masyarakat pesisir jawa untuk membedakan warna hijau dari timur tengah dan merah dari Asia Timur.
Bentuk ketupat mengambarkan “kiblat papat” (mata angin) dan “limo pancer kiblat” (arah kiblat).
Sedangkan beras mengambarkan nafsu duniawi; ada juga yang berkata beras itu semakin putih ketika digodok dengan air panas dan itu adalah lambang dari bergugurannya dosa-dosa kita setelah beribadah selama bulan Ramadhan.
Karenanya ketika seseorang memakan ketupat saat Idul Fitri, jangan dia sekedar makan, tetapi pahamilah makna yang tersirat didalamnya, insya Allah dengan demikian ketupat tidak hanya memenuhi lambung kita tetapi juga bisa mengisi hati kita untuk mengambil hikmah darinya.
(Dede Farhan Aulawi )