Tasikmalaya, Setelah beberapa bulan selama pandemi covid-19, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) beberapa sekolah di tiap daerah dilakukan secara Daring (Dalam Jaringan). Hal ini dilakukan berdasarkan arahan pemerintah dalam upaya pencegahan penyebaran virus covid-19, khususnya daerah yang termasuk zona merah. Namun terlihat dua sisi yang berbeda beberapa sekolah khususnya yang berada di daerah pedesaan, dengan minimnya akses jaringan internet dan keterbatasannya fasilitas yang dimiliki oleh sekolah maupun kemampuan finansial orang tua siswa menjadikan hambatan dalam kegiatan belajar mengajar.
Memasuki tahun ajaran baru 2020-2021, Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah XII Tasikmalaya mengajukan beberapa sekolah untuk memulai kembali kegiatan belajar mengajar secara tatap muka. Dilansir dari radartasikmalaya.com, Dr Abur Mustikawanto M.Ed selaku Kepala KCD Pendidikan Wilayah XII Tasikmalaya mengatakan, sekolah yang diajukan menjadi percontohan tatap muka antara lain SMAN 1 Singaparna, SMAN 1 Karangnunggal, SMAN 1 Ciawi, SMAN 1 Taraju, SMAN 1 Cineam, SMAS Tunas Nusantara, dan SMAS Al Mukrom. Selanjutnya ada SMKN SPP Tasikmalaya, SMAN 2 Tasikmalaya, serta SMKN 1 Tasikmalaya. “Ini masih verifikasi dan menunggu izin dari Satgas Provinsi Jabar dan Satgas Kabupaten/Kota Tasikmalaya, dan juga ada tahapan prakondisi, timing, skala prioritas dan evaluasi, tujuannya mengantisipasi adanya klaster-klaster baru penularan Covid-19 dari sekolah”, ujarnya (Kamis, 14/08/20).
Demikian Kepala Seksi Pelayanan Pendidikan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XII Tasikmalaya Dedi Suryadin S.Pd, M.Pd pun menjelaskan prinsip awal dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka yaitu waspada. Maka pihaknya melakukan verifikasi ketat untuk menjamin keselamatan dan kesehatan peserta didik, guru dan orang tua.“Sekolah yang diajukan untuk tatap muka yakni sekolah yang berada di kecamatan berstatus hijau, diutamakan wilayah yang sulit jaringan internet, dan usia guru harus di bawah 45 tahun tanpa penyakit penyerta,” ujarnya. Selanjutnya, kata ia, guru harus jalani swab test, fasilitas sarana prasarana protokol kesehatan terpenuhi, khusus SMK diutamakan untuk membentuk satgas sekolah bekerja sama dengan puskesmas.
Kemudian, kata Dedi, sekolah dapat memenuhi syarat protokol pembelajaran tatap muka maksimal 4 jam, jadwal belajar bergantian dengan jumlah siswa maksimal 18 siswa per kelas dan mendapat izin orang tua. “Nantinya tetap dikombinasikan dengan belajar daring,” katanya. Sementara itu, tingkat pendidikan SD sampai SMP di Kota Tasikmalaya merencanakan kegiatan belajar di sekolah pada September. Hal ini menyusul diperbolehkan kembali sekolah tatap muka di wilayah zona kuning dan zona hijau.
Ditempat berbeda, Nurazizah salah satu siswi SMK swasta di Tasikmalaya berharap “Pembelajaran dapat dilakukan kembali di sekolah, soalnya kalau belajar di rumah terkadang susah sekali sinyal, apalagi untuk beli kuota, buat tambahan uang sekolah pun saya terkadang jual makanan ringan kepada teman-teman, semoga pandemi covid-19 ini segera berlalu, dan kami pun bisa kembali lagi sekolah seperti biasanya. (Red)